Rabu, 25 Maret 2015

Metode Ilmiah Serta kaitanya dengan Metodologi Penelitian



Metode ilmiah didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, diantaranya Rasional: sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran manusia Empiris: menggunakan cara-cara tertentu yang dapat diamati dengan menggunakan panca indera Sistematis: menggunakan proses dengan langkah-langkah logis.

Sifat metode ilmiah adalah efisien dalam penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, waktu) Terbuka (dapat dipakai oleh siapa saja) Teruji (prosedurnya logis dalam memperoleh keputusan)
Pola Pikir dalam Metode Ilmiah : Induktif : Pengambilan kesimpulan dari kasus yang bersifat khusus menjadi kesimpulan yang bersifat umum Deduktif: Pengambilan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat khusus
Langkah-langkah Metode Ilmiah :
1.) Masalah : Berawal dari adanya masalah yang dapat digali dari sumber empiris dan teoretis, sebagai suatu aktivitas pendahuluan. Agar masalah ditemukan dengan baik memerlukan fakta-fakta empiris dan diiringi dengan penguasaan teori yang diperoleh dari mengkaji berbagai literatur relevan.
 2.) Rumusan Masalah : Masalah yang ditemukan diformulasikan dalam sebuah rumusan masalah, dan umumnya rumusan masalah disusun dalam bentuk pertanyaan.
3.) Pengajuan Hipotesis : Masalah yang dirumuskan relevan dengan hipotesis yang diajukan. Hipotesis digali dari penelusuran referensi teoretis dan mengkaji hasil-hasil penelitian sebelumnya.
4.) Metode/strategi Pendekatan Penelitian : Untuk menguji hipotesis maka peneliti memilih metode/strategi/pendekatan/desain penelitian yang sesuai.
5.) Menyusun Instrumen Penelitian : Langkah setelah menentukan metode/strategi pendekatan, maka peneliti merancang instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data, misalnya angket, pedoman wawancara, atau pedoman observasi, dan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen agar instrumen memang tepat dan layak untuk mengukur variabel penelitian.
6.) Mengumpulkan dan Menganalisis Data : Data penelitian dikumpulkan dengan Instrumen yang kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data dengan menggunakan alat-alat uji statistik yang relevan dengan tujuan penelitian atau pengujian secara kualitatif. 7.) Kesimpulan : Langkah terakhir adalah membuat simpulan dari data yang telah dianalisis. Melalui kesimpulan maka akan terjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan dapat dibuktikan kebenarannya.

Daftar Pustaka :
2.) http://lyanasikumbang.blogspot.com/2013/03/pengertian-tujuan-dan-fungsi-penelitian.html

Teori – Teori Tentang Penalaran



Pengertian Penalaran yaitu suatu proses cara berpikir manusia dengan menggabungkan fakta/data yang ada. Data yang akan digunakan dalam penalaran itu boleh benar atau tidak. Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut proposisi. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis. Berdasarkan sejumlah proposisi yang sudah diketahui, orang lain akan menyimpulkan sebuah proposisi baru yang belum diketahui sebelumnya. Proses inilah yang disebut menalar.
Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari proses penalaran itu dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran ilmiah mencakup kedua proses penalaran itu. Dalam penalaran proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut premis (antesedence) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi. Melalui proses penalaran, kita memperoleh kesimpulan yang berupa asumsi, hipotesis atau teori.
Penalaran disini adalah proses pemikiran untuk memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang relevan.

Ciri-ciri Penalaran :

1) Adanya suatu pola berpikir yang luas dapat disebut sebagai logika (penalaran merupakan suatu pola berpikir logis).
2) Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara analitik. Pengetian Penalaran Deduktif Penalaran Deduktif sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduktif atau deduksi adalah suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada, menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan.
Dalam penalaran deduktif, penulis tidak perlu mengumpulkan fakta-fakta, yang perlu baginya adalah suatu proposisi umum dan suatu proposisi yang mengidentifikasi suatu peristiwa khusus yang bertalian dengan proposisi umum tadi. Bila identifikasi dan proposisinya sudah benar, maka dapat diharapkan suatu kesimpulan yang benar.

Macam-macam Penalaran Deduktif :

1) Silogisme, adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan. Contoh : - Andi adalah seorang pecinta hewan. - Kucing adalah hewan. - Andi adalah pecinta kucing.

 2) Entimen, adalah penalaran deduksi secara langsung dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui. Contoh : - Siswa teladan ialah siswa yang selalu mematuhi peraturan di sekolah. - Mirabela adalah siswa teladan. - Mirabela tidak mungkin tidak mematuhi peraturan di sekolah. Pengertian Penalaran Induktif Penalaran Induktif adalah proses penalaran untuk mencari kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut induksi.

Macam-macam Penalaran Induktif :
1) Generalisasi, adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual (khusus) menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis individual yang diselidiki.

2) Analogi, adalah suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan/referensi tentang kebenaran suatu gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan. 3) Hubungan Kausal, adalah cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang memiliki pola hubungan sebab akibat. Salah satu variabel (independen) mempengaruhi variabel yang lain (dependen).

Daftar Pustaka :
- http://hertynfrianka.blogspot.com/2013/03/teori-penalaran_22.html

Pengaruh Bahasa Gaul Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia



Di jaman yang makin berkembang ini,sekarang bahasa baku atau Bahasa Indonesia yang baik dan benar sudah hampir tidak terpakai lagi,semua menggunakan bahasa yang serba instan dan cepat, atau yang biasa disebut bahasa gaul. Penggunaan bahasa gaul ini membuat remaja makin sulit mengetahui bahasa Indonesia yang baik yang benar. Bahkan penggunaan bahasa yang terlalu sering membuat orang-orang tak sadar bahwa bahasa tersebut bukan bahasa yang baik dan benar. Tidak jarang dalam acara formal pun banyak orang yang menggunakan bahasa gaul yang tidak disengaja. 
Perkembangan Bahasa Gaul di Indonesia sendiri cukup dibilang unik,biasanya tidak jelas bahasa tersebut dari mana,tetapi semua kalangan seperti tua,muda,anak-anak,karyawan eksekutif pun menggunakan kata-kata tersebut,misalnya seperti Cabe-Cabean , Cabe-Cabean artinya Anak-Anak Remaja Wanita yang biasa naik motor berbonceng 3 dan tidak memakai atribut lengkap seperti helm.Namun kata Cabe-Cabean kini sudah populer,namun tidak diketahui siapa yang menciptakan kata tersebut.

Dampak Positif :
Dampak positif dengan digunakannya bahasa gaul adalah remaja menjadi lebih kreatif dalam menciptakan kata-kata baru. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa gaul ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan yang tepat juga.

Dampak Negatif : Penggunaan bahasa gaul dapat mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar. Tidak mungkin jika pekerjaan rumah, ulangan atau tugas sekolah dikerjakan dengan menggunakan bahasa gaul. Karena, bahasa gaul tidak masuk ke dalam tatanan bahasa akademis. Begitu juga di kantor, laporan yang kita buat tidak diperkanakan menggunakan bahasa gaul. Jadi, ketika situasi kita dalam situasi yang formal jangan menggunakan bahasa gaul sebagai komunikasi.